My Journey


1968-1973

Saya dilahirkan di sebuah desa kecil, desa NGUNUT, sebuah kecamatan di kabupaten TULUNG AGUNG, JAWA TIMUR, 30 Januari 1968.

Kenangan yang masih kuingat sampai saat ini adalah pada waktu aku masuk ke TK (Taman Kanak-kanak) di desa kami, dekat kantor Polisi, dekat pasar sapi, TK BHAYANGKARI. Aku diantar ke sana oleh papaku dan diajarkan menikmati hari-hari masa kecil yang indah (1973).

Mainan di TK yang kuingat : bandulan (ayunan) dan jombatan (jungkat jungkit), dan ada juga kuda-kudaan dari kayu, juga bak pasir - - - yg kuingat kadang kosong - - -. Pernah, main ayunan aku ga bisa turun karena terlalu cepat mengayunnya .. sehingga waktu teman2 masuk, aku masih menunggu di ayunan sampai berhenti...



Lagu yang diajarkan pun diberi peragaan ... berjalan memutar-mutar dengan lagu dolanan waktu itu :"Gundul-gundul pacul.. gemblelengan, nyunggi wakul... wakul nglempang segane dadi saklatar" ... tentang seorang anak gundul yang memikul bakul berisi nasi, yg karena kecerobohannya, nasi itu tumpah.

Event yang kuingat adalah ikut KARNAVAL 17 AGUSTUSAN, yang sangat heboh perayaannya di desa kami. Aku mendapat tugas / peran sebagai tukang kayu. Papaku membelikan aku permainan seperangkat alat2 tukang kayu dari plastik.

SD - 1974-1980

Setelah lulus TK kemudian aku dibawa ke sekolah dasar (SD) NGUNUT III, dekat stasiun kereta api. Berjalan kaki dari rumah sangat dekat, karena bisa melewati rumah-rumah dibelakang rumah kami, yang disebut KAUMAN.


Di masa SD ini aku diajarkan banyak hal, membaca dan menulis. Masih teringat bahasa yang digunakan adalah bahasa JAWA, jadi belajar membaca "KA - DAL" ... JA RAN " dst. Kemudian mulai ada buku bahasa Indonesia, yang mengajarkan kami membaca "INI IBU BUDI .. BUDI ADIK WATI'" dsb.

Waktu duduk di kelas 5 SD, aku baru menyadari bahwa mataku ini cacat, karena waktu lihat tulisan di papan tulis itu jadi tidak jelas / buram. Dan secara tidak sengaja pas meminjam kacamata temanku - yang keturunan Belanda - koq bisa melihat dengan terang? Tapi waktu kuungkapkan ke orang tuaku, mereka anggap aku biasa-biasa saja, jadi tidak perlu beli kacamata.

Aku sudah mengenal dunia fantasi semenjak adanya tayangan film kartun di televisi : ROCKET ROBIN-HOOD, HERCULOID, SPACE GHOST dst. Apalagi sekitar thn 1978 mulai mengenal serial film televisi (hitam-putih) STAR TREK CLASSIC. Aku sering memaksa nonton di rumah tetangga depan rumah, gara-gara sangat senang dengan pola pikir di film itu. Bahkan sering tiap selesai nonton di malam hari itu, aku memandang langit yang penuh dengan bintang dan berkata "suatu hari manusia bisa seperti STAR TREK". Juga minggu siang, ada tayangan THE LAND OF GIANTS.. sangat mendukung kecintaanku pada dunia fantasi.

Tahun 1978 (waktu aku umur 10 tahun), mataku terbelalak melihat ada film SUPERMAN THE MOVIE yang dimuat di koran Kompas. Sangat menggembirakan, dan itulah awal ideku untuk membuat klipping - - - sayang banyak yang hilang - - - untuk menjadi koleksi pribadi. Beberapa stiker FLASH GORDON, ULTRAMAN juga kukumpulkan. Sayang lenyap semua, tinggal beberapa biji saja saat ini.

Sempat nonton film itu di bioskop misbar di desa kami, walau film putus-putus. Ada keluarga temanku yang mengajakku nonton bersama di kota Tulungagung, tapi aku dilarang oleh orang tuaku.

Sejak SD aku suka berfantasi, membuat topeng dari kertas berbentuk cockpit pesawat luar angkasa. Membuat bioskop mini sejenis wayang kertas menggunakan kertas dan lampu senter. Juga sering menirukan pendekar-pendekar di film-film Mandarin yang kutonton di desa.

Oh ya, kelas 2 SD aku mulai ikut ke gereja / sekolah minggu karena tertarik dengan kegiatan teman-teman (tetanggaku) tiap hari Minggu. Akhirnya aku menjadi 'anak Kristen', ikut latihan nyanyi, belajar membaca Alkitab, dsb. Untung, orang tuaku tidak melarang, walau ayahku mengaku beragama KONG HU CU.

Acara Natal merupakan hari-hari yang indah bagiku, karena pasti mendapatkan hadiah dari para guru Sekolah Minggu : buku tulis, gambar-gambar cerita Alkitab, dst. Yang paling berkesan adalah gambar Yesus disalib yang dibuat di gulungan kain, dan bisa digantungkan.

Aku bukan tipe anak-anak yang suka berpetualang, misalnya main layang-layang, mandi di sungai, dst. Pernah kulakukan bbrp kali tapi rasanya kurang menyenangkan bagiku. Pernah juga membantu teman mencuri tebu di desa, tapi hati gak sejahtera.

Hal yang paling kuingat dan tak terlupakan adalah setiap kali ada pertunjungan WAYANG ORANG di desa kami, papaku selalu mengajakku menontonnya. Walaupun harus mengantuk pada awal pertunjukan, namun mata menjadi segar setelah para punakawan itu muncul : Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.



Aku mulai juga mengenal para superhero Indonesia disebabkan adanya beberapa penyewaan komik di desa kami. Sering main ke sana, kalau pas punya uang menyewa buku komik itu. Mengenal Godam, Gundala, Kapten Mar, Maza, Laba-laba Merah, Kapten Halilintar, Untara, Kalong, Gina, Santini, dan puluhan lainnya.



Tahun 1973 aku diajak papa mamaku mengunjungi THR (Taman Hiburan Rakyat) di Surabaya, saat bepergian ke rumah om ku di Surabaya (Jl. Simolawang). Tak kan kulupakan waktu itu melihat berbagai game dan juga komputer game yang pertama kali kulihat di sana, walau sangat sederhana.

SMP 1981-1983

Masa SMP merupakan masa yang paling menegangkan dan menyedihkan dalam hidupku. Keluarga kami harus pindah rumah, dan sebagai anak 'kecil' aku mendengar banyak kasus mengenai rumah yang kami tinggali selama ini. Ternyata rumah itu adalah 'pinjaman' dari satu keluarga, dan cucu-cucu keluarga itu meminta kembali, kemudian 'memaksa' kami semua untuk pindah rumah.

Kami disewakan rumah selama 5 tahun (1980-1985) di jalan Recobarong. Saat itulah penyakit papaku semakin parah, dan pada tahun 1982 beliau meninggal, walau sudah berobat ke sana ke mari. Saya masih ingat saat beberapa hari sebelum beliau dipanggil TUHAN, pulang dari gereja aku sempat minta maaf dan minta ampun kalau selama ini belum bisa membahagiakan beliau dan sering menyusahkan dan menjadi anak yang nakal.

Di SMP kelas 2 ini kalau tidak salah, saya mendapat kesempatan membeli sebuah kacamata yang sangat membantu, karena saya memang minus lumayan tebal. Pernah di dalam kelas saya tidak mengerjakan soal-soal ulangan karena tidak bisa membaca tulisan di papan tulis. Bersyukur, karena saya 'menantang' kehadiarn TUHAN di kelas itu, TUHAN menggerakkan hati bu guru untuk memerintahkan teman sebangku saya menuliskan soal-soalnya. Soal NYONTEK saya memang anti, karena kesombongan saya, saya tidak mau memperoleh nilai yang tidak hasil karya saya sendiri.

Kepada teman-teman saya sering bersahabat dan juga bermusuhan dengan mereka, terutama kalau soal fanatisme agama. Tapi, saya tidak berani menghina seorang teman laki-laki yang bernama Waluyo, walaupun dia gagap di kelas. Karena saya berpikir : "Bagaimana perasaan orang tuanya kalau anaknya yang cacat dihina terus? Dan siapa tahu kelak Waluyo ini akan menjadi orang yang berhasil dan kita membutuhkan pertolongannya?" Itulah pelajaran tenggang rasa yang diajarkan alm. papa saya.

Waktu papaku meninggal, untuk mencari hiburan secara iseng aku main-main ke DAM yang ada di ujung jalan Recobarong. Aku naik sepeda ke sana. Dan, waktu melihat ada banyak anak-anak kecil yang berenang, aku mendadak ingin ikut... dan lupa bahwa aku belum bisa berenang. Aku langsung lepas baju dan menjeburkan diri ke DAM / sungai buatan itu. Mendadak sadar, bahwa aku tenggelam. Dan hanya satu yang bisa kulakukan, dalam hati kuberseru "YESUS TOLONG SAYA ! YESUS TOLONG SAYA!" .... mendadak dalam ketakutan itu seolah aku didorong ke tepi DAM, dan selamat ...

Pengalaman ini tak kan terlupakan.

Setelah papa meninggal, kehidupan keluarga kami sangat berkekurangan, karena kami terbiasa mengantungkan diri dari penghasilan papa. Untung kakak laki-laki saya yang mau belajar mereparasi arloji, bisa membantu pemasukan kelaurga kami. Kami pun mengalami masa-masa ekonomi yang sulit, sempat mama saya jualan gorengan ketela pohon yang diiris-iris kecil dan dibungkus plastik kemudian kita titipkan k pemilik warung di sebuah sekolah dasar dekat SD di daerah Recobarong. Aku ikut membantu mama mengantarkan dan mengambil setoran uang dari ibu tua itu.

Karena papa saya meninggal karena penyakit paru-parunya yang parah dan tak terobati... dan kata orang, dia tipenya orang yang tidak suka mengungkapkan isi hati / cenderung mengalah / menyimpan masalahnya sendiri (memikirkan sendiri problem hidupnya) ... waktu itu saya MENGAMBIL KEPUTUSAN : TIDAK MAU MEROKOK SEUMUR HIDUP dan TIDAK AKAN MEMENDAM PERASAAN DI HATI.

Di masa depan ... saya melakukan komitmen itu, walau banyak sekali dampak positif dan negatifnya.

MASA SMA - 1983-1986

Saya nyaris tidak ada harapan untuk melanjutkan sekolah, karena jelas tidak ada biaya lagi untuk itu. Tetapi bersyukur karena ada family dari alm. papa saya di Surabaya yang rela membantu biaya SPP saya tiap bulan, dengan mengirim uang sebesar Rp 10.000 / bulan. Waktu itu SPP sekitar Rp 3.500 an ...

Atas saran beberapa teman gereja, saya memilih SMPP - Sekolah Menengah Pendidikan Pembangunan - sekarang jadi SMA2 Tulungagung. Awalnya saya naik bis dari desa Ngunut tiap pagi, dan pulang ikut teman-teman atau naik mikrolet dengan sisa uang Rp 10.000 itu. Sejalan dengan waktu, akhirnya saya mempergunakan sepeda alm. papa saya - sepeda kuno, torpedo, merk HIMA - untuk pulang-pergi ke sekolah. Pernah mengalami masuk sekolah siang hari.

Saat SMA itu, saya ikut membantu keluarga tetangga saya yang punya usaha perpustakaan - penyewaan komik dan majalah - dan sewa video cassette. Lumayan, saya mendapat 'tambahan uang saku' dari keluarga itu, walau jam kerja tidak perlu kita hitung, karena kadang harus pergi mengembalikan kaset-kaset video itu ke kota Blitar, naik bemo dari desa Ngunut untuk mengejar supaya toko tidak tutup. Setelah dari Blitar, saya biasa naik bis antar kota yang menuju Tulungagung, karena melewati desa kami.

Di sekolah, saya adalah seorang siswa yang biasa-biasa saja, walau kreatifitas dan karya-karyaku ga pernha berhenti. Aku tetap rajin beribadah dan melayani Tuhan di desa Ngunut, menjadi pemain musik juga. Sering saya mengalami konflik dengan teman-teman saya karena saya mudah tersinggung dan kadang menutupi rasa minder.

Setiap kali saya juga tampil sebagai penghibur / entertainer dengan guyonan dan lawakan2 saya .. dan tidak pernah sakit hati waktu teman-teman menganugerahkan nama 'ASENG' kepadaku, sebagai olok-olok karena aku keturunan Tiong Hoa / Cina.

Semua kuterima dengan senang hati.  Di gerejapun aku tetap aktif dan sering melayani di hari Minggu sore dengan bersepeda bersama-sama ke gereja cabang di Tulungagung.

Sikap kritisku tetap kukembangkan, tidak segan bertanya atau mendebat hal-hal yang tidak bisa kuterima dengan akal / logikaku. Akibatnya mirip iklan 'BLAK-BLAK'an saat ini. Ada yang membenciku ada yang suka juga.

Tahun 1985 kami harus pindah rumah, maka kakak laki-lakiku membeli sebidang tanah di wilayah desa Gilang, beberapa kilometer dari tempat kami tinggal. Kakak ku membangun rumah itu, dan beberapa kali aku ikut menjaga proses pembangunan rumah itu. Akhirnya rumah kami berdiri, walau belum sempurna dan dindingnya masih semi tembok dan triplek.

LULUS SMA (1986)

Setelah lulus SMA, aku mencoba mengontak family lagi, untuk meminta bantuan untuk biaya kuliah, tapi ternyata semua family memang punya prioritas masing-masing. Aku sempat mau mengiklankan diri untuk mencari 'orang tua asuh' di koran, tapi kubatalkan.

Akhirnya aku berkata dalam hati : "Walau aku ga bisa kuliah, aku yakin pasti ada jalan lain untukku menjalani kehidupan ini."

Dengan semangat itu, akhirnya aku pamit ke mamaku untuk mencari pekerjaan di Surabaya. Sasaran pertama adalah ikut / menumpang di rumah om ku di Kaliasin, Surabaya. Sekitar 2 bulan aku belum mendapatkan pekerjaan, pernah juga aku mau jualan TEH BOTOL di pinggir jalan, hanya sekedar mendapatkan uang saku. Tapi niat itu dicegah oleh family-family omku, dan akhirnya aku dikenalkan kepada seorang pemilik konfeksi di daerah Tempel Sukorejo. Mulailah aku bekerja di sana.

Setiap mendapat gaji, aku memaksakan diri untuk pulang ke desa, sekedar membawa uang Rp 10.000 untuk mamaku, dan berjumpa dengan adik-adikku. Kakak laki-lakiku juga mengalami berbagai macam perkembangan dalam pekerjaannya, dia menjadi orang kepercayaan seorang boss di desa kami.

Satu hal yang menyenangkan dari pekerjaan ini, aku menjadi asisten sales dan diajak berkelliling kota, dari Jawa Timur.. Jawa Tengah,  Madura, bahkan beberapa kali ke pulau Bali.



Waktu itu mamaku diserang penyakit kanker kandungan. Beberapa kali aku pulang ke desa untuk menjenguk dia, dan kondisinya semakin parah. Pernah dirawat di rumah sakit, dan dikembalikan ke rumah karena kata dokter harus menunggu kondisinya kuat untuk dioperasi. Tapi aku tahu, itu hanya kata-kata dokter, dan aku tahu mamaku tak kan tertolong lagi. Aku hanya bisa berdoa, memohon belas kasih Tuhan.

Tahun 1988, waktu bertugas di luar kota, mendadak aku dipanggil boss dan disuruh pulang ke desaku. Walaupun tanpa ucapan dari mereka, aku tahu bahwa mamaku sudah meninggal. Sesampai di rumah, aku tidak menangis, karena sudah siap. Oh ya beberapa waktu sebelum aku pergi balik ke Surabaya, aku sempat juga minta ampun dan minta maaf kepada mama, karena belum bisa membahagiakan dia ... mama hanya mengangguk pelan sambil meneteskan air mata .. itulah perjumpaan terakhirku dengan almarhum mama...

Kembali ke Surabaya, aku sangat kehilangan. Nyaris menyerah, tetapi aku ingat 2 adik perempuanku, yang juga harus kuperjuangkan. Tahun-tahun berikutnya aku pindah bekerja karena mendapat kesempatan lebih maju, setelah diajari bagaimana menggunakan komputer oleh teman-teman gereja.

Tahun 1988 waktu itu belum ada mouse, dan komputer di gereja hanya 4 warna. Tapi sangat menyenangkan menggambar untuk kegiatan gereja yang mengadakan INTERNATIONAL CONFERENCE, mengundang puluhan hamba-hamba TUHAN dari 32 negara di dunia ini. Saya membantu 2 orang teman untuk membuat menu-menu dan gambar-gambar TABERNAKEL (kemah bangsa Israel) di dalam format komputer.

Berbagai pekerjaan telah kualami, dan aku sempat pindah beberapa kali..

  • 1988-1989 aku bekerja di PT DELPHIA PRIMA JAYA, bergerak di bidang penyediaan bahan-bahan kimia. Saat ini perusahaan itu masih berdiri dan beberapa teman saya masih ada di sana.
  • 1989-1990 saya pindah kerja lagi di BUNGARAN TYPESETTING, yang melayani layout dan desain. Saat itu aku juga berjuang untuk menyekolahkan adik perempuan saya yang paling kecil, saya bawa ke Surabaya dan saya daftarkan di SMA PGRI daerah Kranggan, Surabaya.
  • 1990-1991 bekerja di pabrik sandal yang memproduksi sandal ARDILES.
  • 1992-1998 bekerja di PT MASTRADA SURYA sebagai layout dan menggambar memakai software Autocad.
  • 1998 saya belajar berusaha sendiri, dengan kongsi bbrp teman, dan usaha ini gagal.
  • 1999-2004 saya diterima bekerja di NEW ERA group dan mendapat kesempatan menjadi manager IT.
  • 2005 saya pindah kerja di sebuah sekolah internasional PLUS ... IPH.
  • 2006 - sekarang, saya bekerja di Yayasan gereja "GEREJA KRISTUS AJAIB dan KRISTUS GEMBALA", Perak Surabaya.
MASA PERNIKAHAN

Tahun 1992 saya dikenalkan oleh istri manager saya kepada seorang gadis dari desa Blitar, yang juga aktif melayani di gereja GKI. Kami pun berteman, dan setelah berjuang selama 2 tahun, akhirnya kami memberanikan diri untuk menikah pada tanggal 27 Juli 1994. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada istriku Susana Suprihatin yang mau menerima cinta ku dan membalasnya dengan cintanya.



Tahun 1995 kami dianugerahi seorang putra laki-laki yang kami beri nama SAMUEL DIMAS SURYONO.

Tahun demi tahun kami lalui dengan perjuangan, karena saya sering pindah bekerja, kerena kekerasan hati dan kesombongan saya. Perfeksionisme saya sangat kuat, dan kadang-kadang muncul, dan membuat saya bersikap seperti anak kecil yang selalu menganggap 'semua harus seperti kemauanku'. Dan inilah yang menyebabkan secara karier saya tidak pernah sukses di satu pekerjaan.

Kadang sifat minderku sering muncul mendadak. Apalagi setelah aku tahu bahwa mata kiriku itu cacat, tidak bisa melihat - buta sejak kecil - dan waktu kubawa ke EYE CLINIC, dinyatakan bahwa ada luka cacat sejenis cakaran di kornea mata kiriku.

Pernah, suatu hari aku memprotes mengapa TUHAN memberi saya mata cuma satu? Tidak sempurna seperti orang-orang lain? 

MASA BEKERJA

Berbagai pekerjaan sudah saya tempuh, dan saya menjadikan komputer sebagai alat / sarana bekarya. Seiring dengan waktu, banyak orang yang mengetahui bahwa saya tidak / belum kuliah, dan semua yang saya peroleh adalah otodidak - hasil belajar sendiri - dan saya 'tidak berpendidikan' karena tidak memilik gelar satupun.

Dalam pekerjaan, saya sering menolong orang-orang lain (dan itu kadang tidak dihargai sepantasnya), suka berdialog, membantah keputusan-keputusan pimpinan yang saya anggap tidak adil, tidak jujur dst. Akibatnya bisa ditebak, saya tidak bisa memiliki jabatan strategis. Demikian juga di dalam lingkungan gereja.

Perjuangan istriku sangat luar biasa dalam menemaniku selama 20 tahun, berjuang terus menerima segala kekuranganku. Anakkupun menyaksikan bagaimana 'sepak terjang'ku selama ini. Dan hingga hari inipun aku harus belajar untuk tidak memaksa orang lain 'sama seperti aku'.

Saat di gereja ini, aku diberi tugas untuk menempuh kuliah S1 TEOLOGI di sebuah sekolah tinggi teologi di Surabaya --> STTII Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, sejak tahun 2011. Semakin kita belajar, semakin kita sadar bahwa banyak hal-hal yang belum kita mengerti dan 'salah konsep' selama kita menjadi orang Kristen. Hal ini sangat memberi semangat, supaya kami terus berjuang dan bekerja bagi bangsa dan negara ini.



2009 AKTIF DI FACEBOOK

Saat mendaftarkan diri ke Facebook, saya hanya menganggap itu adalah 'tren' sesaat. Dan kelak akan hilang diganti dengan hal-hal baru lainnya. Tapi ternyata gelombang serangan FACEBOOK sangat luar biasa dan berdampak kepada semua orang.

Akhirnya aku menjadi seorang 'aktivis' di facebook, dan membentuk beberapa komunitas dan membuat grup-grup di facebook. Akupun rajin mengupload koleksi-koleksi SUPERHEROku yang terus kutekuni hingga hari ini.

Bergabung dengan komunitas-komunitas di FB memberiku wawasan yang luas. Bakat menulisku dan jiwa enternainer bisa kusalurkan secara leluasa. Beberapa kali saya diundang talk show baik di acara radio, televisi ataupun di toys fair. Semua sangat menyenangkan, apalagi bertemu teman-teman yang luar biasa dalam mencintai hobby mereka. 

NOW 2014

Tahun ini, semakin banyak jumlah teman-temanku yang kujumpai di dunia FACEBOOK dari berbagai latar belakang, dan sebagian besar karena memiliki hobby yang sama. Apakah ini akan merubah jalan hidupku?





Tidak ada komentar: